Kamis, 04 Januari 2018

Perbandingan Memakai Fasilitas Internet dan Mobile Banking BRI, Mandiri dan BNI/BNI Syariah



Pada zaman sekarang ini sudah menjamur yang namanya Belanja Online. Aplikasi Bukalapak, Shopee, Tokopedia, Lazada, JbID, Blibli, dsbg merupakan website belanja online yang penggunanya ratusan juta orang. Tidak heran bank di Indonesia mulai menjadikan hal ini sebagai sasaran empuk, karena belanja online kaitannya dengan pembayaran melalui uang elektronik. Para konsumen melirik bagaimana pembayaran yang simpel, cepat dan mudah. Jawabannya adalah dengan munculnya aplikasi mobile banking maupun internet banking.

Di thread ini saya akan membahas masing-masing fasilitas yang ditawarkan 3 bank terkemuka ya, versi saya hehehe 

1.    Bank BRI

Bank Rakyat Indonesia (BRI) merupakan Bank yang sudah tersebar sampai ke pelosok desa. Hampir di setiap desa di Lumajang sudah terdapat kantor cabangnya. Hampir lho ya tp beneran deh banyak banget kantor cabangnya hehehe. Awal punya tabungan, aku pakai BRI buat persiapan kuliah (biar ibuku gampang kiriman uang dulu soalnya aku kuliah di Surabaya). Pakai ATM pastinya, sekalian disettingkan SMS Banking sama CS nya. Lama kelamaan hidup di Surabaya semakin keras, pulsa sangat diidam-idamkan dan diemani, karena sekali SMS buat cek saldo habis sekitar Rp. 500 kalau ga salah (lupa sih tepatnya berapa ) Nah, aku termasuk orang yang suka cek saldo, kali aja saldo dari ibu sudah masuk whihihii. So, itu kekurangannya SMS Banking BRI, pake pulsa hahaha namanya juga sms, semua orang tau klo pake pulsa hee
Next, aku daftarkan internet banking BRI. Daftar dulu di ATM, trus diaktifkan di Cabang BRI terdekat dibantu oleh CS untuk bisa bertransaksi seperti beli pulsa ataupun transfer. Dan, lagi-lagi, tokennya lewat SMS (pake pulsa lagi). Kalau sekedar cek saldo dan mutasi rekening tidak memakan pulsa (hanya butuh koneksi internet). You know me, lah..sebel...ada lagi mobile BRI, pake pulsa lagi (jadi seperti di sinkronkan si aplikasi dengan sms otomatis) ah intinya pake pulsa. Akhirnya aku merelakan BRI ku, Bye BRI...aku bukan raja pulsa sehingga terpaksa aku tinggalkan dirimu :’)
2.    Bank Mandiri

Awal mula pake Mandiri karena penyedia beasiswaku mewajibkan pake Mandiri, jadi ya bikin Mandiri secara kolektif dengan teman-temanku. Daripada cek saldo bolak balik ATM, buat cek uda turun apa belum beasiswaku pada tiap bulannya, so aku daftarkan internet banking Mandiri. Kalian cukup daftar di ATM, lalu log in di internet banking mandiri. Sudah bisa digunakan untuk cek saldo dan mutasi rekening. Untuk mengaktifkan fitur transaksi spt transfer dan pembelian pulsa dll, kalian harus datang ke Cabang Bank Mandiri terdekat untuk mengaktifkannya dan membeli token seharga Rp. 20.000. Nggak ada minimal transfer, transfer Rp. 100 pun bisa wkwkwk. Selain itu Mandiri juga menyediakan Mandiri Mobile untuk di smartphone.
Namun sekarang dari Internet maupun Mandiri mobile, pengguna sudah digiring untuk memakai Mandiri Online yang bisa didownload di Playstore, jadi kalian nggak perlu repot-repot bawa Token kemana-kemana wwkkwkw
Pengguna Mandiri Internet dan Mandiri Mobile yang belum log in ke Mandiri Online masih bisa menggunakan keduanya. Namun, jika sudah masuk ke Mandiri Online, sudah tidak bisa log ke keduanya tersebut. Fiturnya? Sudah pasti enak yang Mandiri Online dong. Percaya deh! Cepat, mudah dan simpel. Kalian transfer sekecil apapun bisa wwkwkwk heemm gabisa diungkapin kata-kata wkwkwk. Untuk menikmati fitur ini, kalian harus daftar Mandiri yang apa ya namanya, pokoknya ada potongan perbulan itu lho..hehehe Kalau kalian daftar yang Mandiri Simpanan Pelajar (SimPel) yang mana tiap bulannya bebas biaya administrasi, kalian tidak bisa menikmati fitur ini.  Soalnya aku mau daftarin Mandiri Online adekku yg lagi pake SimPel, nggak bisa. Aku cross check ke Kantor Mandiri terdekat, ya itulah jawaban yang aku dapatkan. Itu minusnya menurutku dan potongan potongan saldo itu, biaya administrasi, monthly fee card ah entahlah apa itu hehehe *btw ini mbak penulis perhitungan banget ke uang deh hahaha
Overall, Mandiri Online bagus banget aplikasinya dan mempermudah transaksi.

3.    Bank BNI Syariah

Ngikuti tren teman-teman kantor banyak yang pake BNI Syariah, katanya nggak ada potongan saldo tiap bulannya dengan akad wadiah. Wah, ngiler juga aku. Tapi lama mikirku antara bikin BNI Syariah dan tidak karena kata temen-temenku nggak ada fitur IB maupun mobile bankingnya, adanya yg BNI konvensional. Pupus sudah...jjejeeng tunggu dulu. Dengan berbekal aku niat nabung ke BNI Syariah, biar ga gampang cek saldo karena nggak ada fitur itu, biar aku nggak mengentengkan kalau aku punya tabungan dan kalap belanja online, akhirnya aku buka BNI Syariah. Sumpah aku nggak ngarep ini BNI Syariah bisa pake IB maupun Mobile Banking. Ternyataaa BISA HAHAHAHA. You know, niatku biar nggak sering2 cek saldo malah ngilang entah kemana, yang ada aku malah daftar IB dan Mobilenya whahahaha. Di Lumajang, BNI Syariah hanya ada SATU KANTOR CABANG. Bersabarlah jika ingin membuka tabungan di sini, karena pelayanan CS dan Teller masing2 satu orang, jadi bersabarlah...
Setelah buka tabungan, aku pulang buat pikir-pikir, mau daftar Internet Bankingnya nggak ya, aah ternyata endingnya aku berangkat ke ATM buat registrasi e-channel lalu aku daftarin ke IB BNI di websitenya. Dong dong banget aku nggak nulis user id yang aku dapatkan dari pendaftaran tadi. Jadi disuruh log in aku ya nggak tahu user idnya apa hahaha akhirnya aku nelpon CS BNI Syariah, ngabisin pulsa 10 rebu eh disuruh ke kantor cabang terdekat. Emakk, nggak bisa bayangin aku lamanya aku harus antri. Akhirnya aku bela-belain antri, dan lamaaa banget aku patah hati. Aku perjalanan pulang melihat kantor BNI Konvensional, aku coba aja ngurusin di sana, pikirku BNI Konvensional dan Syariah tidak benar-benar berpisah, mereka adalah pisah ranjang bukan bercerai, hati tetap satu wkwkkwkwk eh ternyata bisa lhooo...asalkan kalian sudah daftar di ATM dan ngaktifin tadi. Aku cerita aja kalau aku lupa nggak nulis user id ku hihihi
Sim salabim, aku beli token e-secure senilai Rp. 20.000 untuk di Internet Bankingnya, sekalian aku ngurus yang Mobile Banking. Waah, dua-duanya bisa digunainnn hehehehe
Kalau pake IB Banking kalian harus gandengan kalau nggak sama token e-secure, sama satunya lagi yaitu m-secure (berupa aplikasi yang bisa kalian instal hanya jika kalian datang ke kantor cabang BNI maupun BNI Syariah). Kalau pake mobile banking kalian hanya butuh Smartphone instal BNI Mobile Banking yang ada di Playstore. Oy, minta aktifin mobile bankingnya di Bank nya biar bisa digunain buat transaksi. Untuk pengaktifan pertama kali mobile banking, kalian harus tersambung dengan internet oleh paket data dari no telepon yang terdaftar pada BNI/BNI Syariahnya. Untuk log in selanjutnya, aku sudah coba pake paket data nomor yang lain sudah bisa kok hehehe. Oy, usahakan nomor yg terdaftar di Tabungan itu berada pada SIM 1 ya atau sementara pas kalian ngaktifin, sim 2 nya jangan diaktifin dulu. Untuk log ini pakai wifi, pihak Bank tidak merekomendasikan karena takut data kalian dicuri. Waspadai wifi gratisan ya hehehe.
Ada biaya bulanan nggak dengan fitur yang menggiurkan ini? NGGAK ADA. Maka Nikmat manakah yang kalian dustakan?

Jadi kesimpulannya, aku sekarang pake Mandiri Online dan Mobile Banking BNI/BNI Syariah. Cara pakainya? SAMA-SAMA GAMPANG BANGETTT, hanya butuh koneksi internet tanpa pulsaa pastinyaa huhuuy

Mungkin ada yang bertanya-tanya kenapa saya nggak bikin Mandiri Syariah, hehehe denger-denger dari thread tetangga kalau pake mobile banking Mandiri Syariah, cek saldo aja kepotong Rp. 500 saldo. Omegattt #iykwim

Next thread saya posting caranya daftar internet maupun mobile banking nya yaa, doakan sehat terus hehehe amiin

Sekian review dari saya, kalau ada pertanyaan silahkan komen di kolom komentar yah..insyaallah saya jawab. Mungkin aku ceritanya nggak detil, tapi intinya seperti itu lah wkwkwk


Pengalaman Membuat Paspor di Kantor Imigrasi Kelas II Jember Tanpa Calo atau Biru Jasa

Sudah lama nggak nulis di blog, akhirnya ada kesempatan juga nulis (Euh sok sibuk banget). Oke kali ini aku akan share pengalaman membuat paspor, sendiri, tanpa calo ataupun biro jasa. Percayalah, nggak ribet kok! Dan tentunya, sesuai harga nasional yang ditentukan Imigrasi Indonesia :D Hanya butuh waktu 2 jam prosesnya hehehe

Sebelum aku bikin paspor dan cus ke Jember, percayalah, aku merasa menjadi orang rempong sedunia padahal ya nggak gitu-gitu amat. Aku searching dari web satu ke web lainnya, baca pengalaman orang. Biar nanti pas sudah sampai di kantor imigrasi, persyaratan saya nggak kurang apa-apa dan nggak disuruh balik. Soalnya pengalaman teman, dia bolak balik gitu Lumajang-Jember karena kerikil-kerikil persyaratannya ada yang kurang.
Di thread ini saya khusus bercerita untuk pembuatan paspor yang ingin melanjutkan sekolah (S1, S2 atau S3) di luar negeri ya. Persyaratan umum memang sama saja dengan yang tertera di web keimigrasian.
Persyaratan UMUM :
Ingat! Fotocopy semua persyaratan dengan KERTAS A4
  1. FC ijazah
  2. FC Akta kelahiran
  3. FC Kartu Keluarga
  4. FC KTP
Ada kasus nih, nama Ayahku antara di Ijazahku, Akta dan KK beda.
Ijazah : Muh Zubairi
KK dan KTP : Moch Zubairy
Akta : Much Zubairy
Jalan keluarnya adalah JJejeeeng! (Pilih salah satu)
  1. Jika kalian ingin memakai nama ortu kalian yang seperti di Ijazah (dalam hal ini “Muh Zubairi”), maka mintalah surat keterangan ke Desa/Kelurahan yang menyatakan bahwa nama di atas adalah nama dari satu orang, dan surat keterangan tersebut dikhususkan untuk membuat paspor di kantor imigrasi ……..(tergantung mau bikin paspor dimana)
  2. Jika kalian ingin memakai nama ortu kalian yang seperti di KK, KTP atau Akta (dalam hal ini Moch Zubairy atau Much Zubairy), maka kalian perlu minta surat keterangan dari sekolah kalian (bisa SD, SMP atau SMA) yang menyatakan bahwa nama ayah “Muh Zubairi” di Ijazah itu dengan Moch Zubairy dan Much Zubairy, merupakan nama dari satu orang, dan surat keterangan tersebut dikhususkan untuk membuat paspor di kantor imigrasi ……..(tergantung mau bikin paspor dimana)
Sudah rampung? Belom, dikit lagi. Kalian mau S2 di luar negeri? Atau apply beasiswa di luar negeri?
Lampirkan form application atau apalah yang menyangkut pendaftaran kalian di Negara tujuan. Misal, aku kan mau daftar Taiwan Scholarship nih, makanya aku lampirkan Form Application Taiwan Scholarship-ku (jangan lupa formnya sudah kalian isi ya). Atau kalian yang sudah punya LoA (Letter of Acceptance) boleh pakai itu. Sebenarnya aku nggak nyiapin ini dari rumah, tapi untungnya aku emang sudah nyiapin di flashdisk, jadi pas mbak-mbaknya minta form tentang Taiwan itu, aku langsung print kan.
Jadi intinya , ini nih berkas yang aku bawa tadi :
  1. FC Ijazah
  2. FC KTP
  3. FC Akta
  4. FC KK
  5. Surat keterangan dari Desa yang menyatakan kalau nama Ayahku dari tiga versi tadi adalah orang yang sama
  6. Form Application Beasiswa (Intinya yang bersangkutan dengan Negara tujuan)
Langkah-langkahnya :
  1. Berangkatlah pagi ke Kantor Imigrasi karena pelayanan pengambilan nomor antrian hanya sampai JAM 10 PAGI.
  2. Menuju mbak-mbak yang jaga (biasanya dikerumunin orang) rame euy
  3. Mbaknya mulai ngecek berkas2 kita (Ingat, berkas yang diperlukan sudah aku sebutin di atas ya)
  4. Kita dikasih MAP WARNA HIJAU, di dalamnya ada form yang harus diisi dan surat pernyatan dengan Materai 6000. (Di dalem kantor imigrasi ada tempat Foto copy an dan jual materai, tenang ajee. Tapi kalau butuh nge-print kalian harus cari di luar kantor whehhee
  5. Isi form dan surat pernyataannya
  6. Ke mbaknya lagi buat minta nomor antrian
  7. Tunggulah, bersabarlah…untuk yang ngurusi paspor buat S2 biasanya dapat nomor antrian C-(angka), kemarin aku dapat C-38. Itu pas jam setengah 10, and you know, jam segituan untuk yang ngurusi paspor TKI sudah ada nomor antrian B-201. Nggak kebayang tuh dah nunggunya sampai kapan hehehe. Alhamdulillah untuk yang C-(angka) cenderung sedikit dan cepat.
  8. Ketika dipanggil, menuju loket untuk diperiksa lagi berkas-berkasnya. Ditanya-tanyain tentang keperluan ke luar negeri, siapa yang membiayai, per-orangan apa organisasi. Udah, gitu ajee. Mapnya tadi distempel2 gitu.
  9. Then, disuruh ke ruang foto. Map-nya dikasihkan mbak2nya buat di-input datanya. Dipanggil foto. Ditanyain lagi sama pak tukang foto, keperluan ke luar negerinya. Jawab aja ulalala
  10. Terakhir diarahkan ke bapak pewawancara yang terakhir, ditanyain lagi keperluannya apa, siapa yang membiayai, pekerjaan sekarang apa. Sudah, itu aja..dan the last dikasih struk yang harus dibayarkan lewat Bank. Aku sih bayarnya lewat BNI. (355rb, dengan rincian 300rb biaya paspor, 55rb biaya jasa TI Biometrik)
  11. Kata bapaknya, dalam 3 hari insyaallah sudah jadi, dan akan di-sms kalau sudah jadi.
  12. Menunggu deeeh :D
Gampang kan?? Aku Cuma butuh dua jam di kantor imigrasi, padahal tak kirain bakal antri tiada ujung hehehe
Oke, sekian cerita ini, kalau masih bingung, galau apalah, komen aja, insyaallah bakal tak jawab :D


*update : Alhamdulillah tembus NTUST Scholarshipnya, tapi sayang nggak jadi aku ambil T.T Sudah PW (Posisi Wenak) kerja T.T sama ortu juga nggak dibolehin berangkat. omegat.

Jumat, 29 September 2017

Inspirasi Vintage Wedding Invitation

Memilih kartu undangan adalah satu dari sekian persiapan yang dilakukan bagi pasangan yang akan melangsungkan pernikahan, namun pada dasarnya pemilihan model undangan dari jauh-jauh hari adalah kebiasaan calon mempelai wanita. Mulai dari pilihan yang terlihat lucu, warna yang enak untuk dilihat, model yang unik dan sebagainya. Oleh karena itu, penulis akan membagikan inspirasi kartu undangan vintage namun tetap modern.









Contoh Izin Bekerja Bagi Alumni PBSB


Nomor             :

Lampiran         : 1 (satu) berkas

Hal                  : Izin Bekerja Bagi Alumni PBSB


Kepada Yth.

Direktur Jenderal Pendidikan Islam

Up. Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren

Kementerian Agama

di-

Jakarta



Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Bersama ini Kami beritahukan bahwa santriwati peserta Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) Kementerian Agama RI asal Pondok Pesantren yang Kami pimpin:


            Nama                                       : Mawaddatul Karimah

            Tempat/Tanggal lahir              : Lumajang,08 Juli 1994


Telah melaksanakan Pengabdian Alumni PBSB sebagai Tenaga Pembina Kaligrafi dan English Club serta Pengajar Mata Pelajaran Geografi di Madrasah Aliyah Al-Maliki, Dawuhan Lor Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.


Kepada yang bersangkutan kami berikan IZIN untuk bekerja, sebagai dasar untuk mendapatkan izin dari Kementerian Agama RI.


Terlampir Surat Pernyataan diatas materai dari yang bersangkutan untuk tetap melaksanakan kewajiban Pengabdian alumni PBSB sesuai dengan ketentuan yang berlaku.


Demikian rekomendasi ini kami sampaikan.


Wassalamu’alaikum Wr. Wb.



                                                                                                      Lumajang, 29 Desember 2016

                                                                                                PengasuhPondok Pesantren Al-Maliki




                                                                                                                KH. Abdul Malik

Contoh Surat Pemberitahuan Pengabdian Alumni PBSB Kementrian Agama

Nomor        :
Lampiran    : 1 (satu) berkas
Hal              : Pemberitahuan Pengabdian Alumni PBSB


Kepada Yth.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam
Up. Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren
Kementerian Agama
di-
Jakarta


Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Bersama ini kami beritahukan bahwa santriwati peserta Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) Kementerian Agama RI:

    Nama                                 : Mawaddatul Karimah
    Tempat/Tanggal lahir         : Lumajang, 08 Juli 1994
    Perguruan Tinggi               : Universitas Airlangga Surabaya
    Fakultas                              : Sains dan Teknologi
    Jurusan                               : Kimia

Telah melapor kepada kami dan telah melaksanakan Pengabdian Alumni PBSB pada pondok pesantren yang kami pimpinterhitung mulai tanggal 25 Agustus 2016.

Kepada yang bersangkutan Kami berikan tugas sebagai Tenaga Pembina Kaligrafi dan English Club serta Pengajar Mata Pelajaran Geografi di Madrasah Aliyah Al-Maliki, Dawuhan Lor Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
Terlampir jadwal pengabdian yang telah disepakati pihak Pondok Pesantren Al-Maliki dan Alumni PBSB.

Demikian pemberitahuan ini kami sampaikan. Atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

    Lumajang, 29 Desember 2016
    PengasuhPondok Pesantren Al-Maliki




    KH. Abdul Malik

Rabu, 02 Januari 2013

CINTA BATIK ITU, HARUS!


“Batik adalah ekspresi budaya yang memiliki makna simbolis yang unik dan nilai estetika yang tinggi bagi masyarakat Indonesia. Keunikan yang indah itu merupakan salah satu pembentuk karakter bangsa Indonesia yang membedakan kita dengan bangsa lain sehingga dapat menjadi identitas dan jati diri bangsa.”
       Sudah tak asing lagi di telinga kita kata ‘Batik’, suatu khas dan keunikan dari bangsa kita Indonesia. Batik merupakan suatu budaya yang begitu kental dan merupakan kebanggaan tersendiri sehingga mencerminkan identitas khusus bagi bangsa Indonesia, maka berbanggalah menjadi warga pada negara yang punya budaya unik ini. Dalam pelestariannya, Batik berhasil menyerap SDM terutama kalangan perempuan dalam lapangan kerja sehingga dapat menopang perekonomian Indonesia yang pasang surut. 
Dalam produknya, batik tidak hanya menjadi bahan dasar pakaian dan berkisaran selendang seperti yang kita tahu, namun semakin berkembangnya zaman, batik telah merambah sebagai bahan dasar pada benda fungsional lainnya yang sangat fleksibel seperti, tas, alas meja, sprei, dompet hingga sapu tangan sekalipun. Beragam benda yang telah mampu dijamah dengan berbahan dasarkan batik. Motif batik yang dipasarkan sangat beragam sesuai dengan khas pengolahnya, seperti Motif kereta kencana yang berasal dari Bagelen, Jawa Tengah, motif lain seperti batik kraton, batik cuwiri, batik sido mukti dan lain sebagainya. Beberapa contoh batik dalam beberapa produk yang telah meluas di Indonesia. Tidak jarang kita lihat bukan? banyak benda fungsional yang berbahan dasar batik di sekitaran kita. 

Sumber gambar : http://goo.gl/vRMzl





Sumber gambar : http://goo.gl/pbjFl

Batik, budaya unik yang butuh perjuangan dalam membuatnya, juga dalam pelestarianya^_^. Dalam pembuatannya batik dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu Batik Tulis, Batik Cap dan Batik Lukis. Tentu berbeda dalam cara pembuatannya. Batik tulis menggunakan teknik petintang warna yang mirip dengan menulis dengan tangan menggunakan alat yang disebut canting. Anggaplah bagai pegang pena kawan^^. Proses ini membutuhkan keuletan khusus dan memakan waktu yang cukup lama sehingga harga jualnya relatif mahal dibandingkan batik lain. Pengen nyoba? tips pertama harus sabar ya teman-teman^_^. Ini nih contoh pembuatan batik tulis. Cukup menantang bukan? ^_^ tapi pembuatan batik seperti ini  cukup seru kawan karena  ide dapat muncul seiring canting berjalan, percaya deh. Sebelumnya, kalau kamu khawatir tidak halus atau tidak lurus, kamu bisa memberikan pola terlebih dulu menggunakan pena atau pensil. Selamat mencoba, Kawan^^


sumber gambar: http://goo.gl/QpOuq
Macam kedua yakni dengan metode Batik Cap, dalam penggunaan metode ini diperlukan alat yang berbentuk cetakan atau lempengan yang terbuat dari tembaga yang sudah dibentuk dengan motif tertentu yang disebut dengan cap. Cap disini berfungsi untuk membubuhkan malam diatas kain batik yang akan diolah. Orang-orang lebih akrab menyebutnya dengan teknik stempel karena metode yang mirip dengan penggunaan stempel. Cukup mudah kan??^^
 
 sumber gambar : http://goo.gl/IHq9T
Dan yang terakhir pembuatan batik menggunakan metode lukis yang disebut dengan Batik lukis. Berbeda nggak sih cara buat batik lukis dengan batik lainnya? Batik lukis hampir menyerupai keduanya yaitu menggunakan bantuan alat canting dan malam alias perpaduannya, Kawan. Perbedaan hanya terletak pada penggunaan kuas dalam melukis batiknya dan hasil dari batik lukis biasanya kontemporer yakni bukan lagi motif tradisional seperti batik-batik lainnya. Yuk intip-intip cara pembuatan batik lukis^^

sumber gambar : http://goo.gl/P9w8C
Dalam pemasarannya, batik tidak hanya dijual di toko atau di mall lagi, semakin banyak perkembangan sehingga batikpun masuk dalam sistem belanja online. Enak dong, santai di kamar tidak perlu pergi jauh untuk membeli batik, hanya dengan sistem online sudah bisa memesan batik, memilih motif yang menarik yang telah tersedia di galeri situs-situs web belanja online batik seperti berbatik. Harga batik yang terjangkau membuat semakin banyaknya peminat sehingga batikpun dilirik oleh negeri jiran dan mendapat apresiasi tentang kebudayaan ini. Begitupun oleh Ibu Ani Bambang Yudhoyono dalam testimonialnya pada batik saat menghadiri peringatan Hari Batik Nasional 2011 di Lapangan Jetayu, Kota Pekalongan. Batik adalah ekspresi budaya yang memiliki makna simbolis yang unik dan nilai estetika yang tinggi bagi masyarakat Indonesia. Keunikan yang indah itu merupakan salah satu pembentuk karakter bangsa Indonesia yang membedakan kita dengan bangsa lain sehingga dapat menjadi identitas dan jati diri bangsa.” 
Dalam pelestariannya, akhirnya diperingatilah hari Batik yaitu setiap tanggal 02 Oktober , lambat laun timbullah respon dari pemerintah daerah mengenai pelestarian batik dengan cara mewajibkan PNS mengenakan batik pada hari-hari tertentu. Seperti di Jogja, PNS wajib memakai batik pada hari Selasa dan Kamis. Indonesia benar-benar berbatik^_^
Berbatik semakin digemari oleh notabene masyarakat sehingga menjadi identitas tersendiri yang diwujudkan dalam bentuk seragam sekolah maupun seragam kepanitiaan suatu acara. Selain mengandung unsur seni yang kental ala Indonesia, batik yang relatif terjangkau harganya sehingga mampu menyedot banyak peminat. Semakin beragam motif dan model batik yang ditawarkan di pasaran dan belanja online, sudah tersedia mulai untuk anak-anak hingga dewasa seperti gambar berikut. Anda bisa mengunjung Berbatik

sumber gambar : http://www.berbatik.com/
Batikpun semakin bersahabat dengan berbagai lapisan, mendunianya batik di Indonesia karena sudah sangat erat di kalangan masyarakat. Beberapa sekolah di Indonesia yang telah membuat peraturan untuk memakai batik pada hari tertentu seperti yang terlihat pada gambar. Ini wajah teman-temanku, Kawan. Seragam ini adalah seragam dari Madrasah Aliyah Al-Ishlah Lamongan^_^ Keren kan??


 Kalau ini adalah jajaran guruku di MTs. Syarifuddin yang kompak memakai seragam batik. ^_^ 



 Ehem.. kalau yang ini adalah teman sekelasku^_^ kelas VI Madrasah Diniyyah PPs. Syarifuddin^_^




Batik juga menarik perhatian kalangan remaja karena terkesan unik dan khas, dan aku termasuk batikers ini^^. Koleksi batikku cukup banyak. Mulai dari baju, sapu tangan dan tas.  Gimana nggak membludak nih, penggunaannya yang nyaman dan relatif murah semakin membuat semangat untuk melestarikan budaya unik ini.^^ 
Dalam keberlangsungan batik, ada beberapa kekhawatiran yang perlu dicermati dan diperhatikan karena semakin banyaknya pengaruh dari luar yang secara tidak langsung mengubah mindset kalangan masyarakat melalui media elektronik seperti televisi, online ataupun media cetak. Mereka memberikan gambaran-gambaran model-model ala mereka sendiri, budaya mereka sendiri sehingga menjadikan posisi batik sedikit tergeser dari posisi sebelumnya. Dengan upaya pemerintah yang mendukung dengan kelangsungan batik melalui program-programnya diharapkan bisa membantu kelestarian batiktidak menutup harapan juga kesadaran masyarakat Indonesia untuk selalu melestarikan batik agar tetap terjaga dari akuan-akuan negara lain yang ingin memiliki budaya unik ini. Mari kita junjung tinggi khas dan keunikan budaya kita dengan cara terus melestarikannya dalam kehidupan sehari-hari. Salam Indonesia Berbatik










Jumat, 28 Desember 2012

PULAU GARAM



Pantai Siring Kemuning Pamekasan tempatku tinggal. Hidup di pantai sungguh menyenangkan. Gemuruh ombak dan kicauan burung pantai selalu damai terdengar sebagai musik pembuka setiap pagi dan kadang membuat ‘galau’ jika musim hujan begini. Hati was-was akan datangnya badai tanpa diduga-duga. Membayangkan rumah hanyut bersama air mata yang tiada artinya jika tak punya cukup modal ketegaran.
Suasana petang yang mencekam, angin terdengar jelas berhembus di sela-sela ribuan rintik hujan disertai petir yang menggelegar memekakkan telinga. Terdengar suara sayup-sayup emak memanggilku dari arah dapur.
“Lela, mareh e yangkes bujennah gellek?” (Lela, sudah diambil garamnya tadi?).
Pertanyaan itu membuatku harus menepuk keningku sendiri. Lagi-lagi lupa! Tadi pagi emak memintaku untuk mengamankan garam yang sedang dijemur jika hujan datang. Tanpa menjawab panggilan emak, aku menghampiri tempat garam itu dijemur. Dugaanku benar, garam itu telah meleleh tersentuh air hujan yang begitu derasnya. Dengan wajah pucat pasi aku menghampiri emak yang sedang memasak nasi goreng. Suaraku pelan dan gemetar.
“Kuleh keloppaen, seporannah giy, Mak.” (Saya lupa mak, maaf ya, Mak)
Emak batuk kecil kemudian tersenyum tanda memaafkan, tapi aku tahu pasti dia tak ingin melihatku bersedih. Aku melahap nasi goreng bersama emak dan bapak dengan perasaan sedikit canggung karena kejadian tadi. Namun emak berusaha tenang menutupi musibah tadi di depan bapak.
            Suasana pantai di sore hari membuat hati damai, gemericik ombak yang sedang surut bersahut-sahutan. Mega merah bertengger di ufuk barat mengintip dunia, aku tak ada pekerjaan lain selain membantu emak memasukkan kembali garam yang telah dijemur kedalam rumah. Begitu setiap harinya.
            Man Suleman datang membawa berkat yang telah memenuhi tangannya. Beliau menghampiri aku dan emak yang sedang duduk menikmati semilir angin pantai.
            “Napah gnikah, Man?” (apa itu, Man?) tanyaku penasaran
            “Bedeh titipan derih Man Ja’far gellek, seporannah skunnik.” (ada sedikit titipan dari Paman Ja’far) Jawab Man Suleman
            “Bedeh napah e compo’en Man Ja’far?” (ada acara apa di rumahnya Man Ja’far?)
            “Konjengan, Bibul a sonnat” (Hajatan, Bibul sunnat)
            “Keso’on, Man”(terima kasih, Man)
            Aku meraih berkat itu dan mulai membukanya bersama emak. Emak masuk ke dalam mencari bapak. Kemudian keluar lagi. Tak ku lihat ada bapak di belakangnya.
            “Kammah bapak, Mak? Toreh de’er bereng.” (mana bapak, Mak? Ayo makan bareng)
            “Bapak tedung mloloh, jhek gellek se tedung, la tedung poleh.” (bapak tidur melulu, tadi udah tidur malah tidur lagi)
            Kamipun makan berkat tadi berdua. Ayam panggang, lezat sekali. Perut terasa sesak, tidak kuat untuk berdiri saking kenyangnya.
Terdengar suara Man Qohhar menjajakan sate supernya dengan mengayuh gerobak sate itu. Sate Man Qohhar terkenal dengan bumbu kacangnya yang lezat membuat perutku garuk-garuk lagi.
“Satte..satte…bumbu kacang satte satte….sattenya, Non.” (sate..sate…bumbu kacang sate..satenya, Non) tawarnya kepadaku
“Yahh..Man Qohhar detheng telat. Lela pon de’er ollennah konjengen.”(yahh.. Man Qohhar datang telat. lela udah makan dapat dari hajatan)
“Oye deh…da daa, Non… satte satte…”
...
Suatu hari, keluargaku kedatangan saudara bapak dari Jawa, hanya bapak yang bisa berbincang-bincang dengan mereka menggunakan bahasa jawa. Aku mengerti apa yang mereka bicarakan, tapi aku tidak bisa melafalkan dalam bahasa mereka. Lebih-lebih emak yang hanya bisa melihat mereka bicara tanpa mengerti artinya. Sesekali bapak menerjemahkan omongan mereka agar emak mengerti. Hanya anggukan-anggukan kecil sebagai respon dari emak.
Mereka berkunjung ke Pulau Garam ini untuk menghabiskan waktu liburan selama seminggu lamanya. Terpaksa aku menjadi pengarah jalan dadakan, untungnya aku masih ingat meskipun sedikit jalan-jalan menuju wisata di kota ini, berkat pengalamanku dulu waktu SMA bersama teman-teman seperjuangan. Bila sekolah libur, langsung melancong ke tempat-tempat wisata yang belum tentu banyak orang mengetahuinya ini. Kalau lagi banyak fulus alias gajian dari hasil menjaga toko, langsung bareng-bareng wisata kuliner di dalam kota yang penuh dengan ragam ciri khas ini. Bebek Sinjay makanan favorit khas Bangkalan dan menjadi salah satu ikon Madura dalam kulinernya. Harga tidak mahal bagi yang berduit, kalau bagiku, mendingan makan nasi pecel atau tempe penyet saja kalau belum gajian.
Fajar telah nampak di ufuk timur, aku terbangun dan segera mandi lalu shalat shubuh berjama’ah bersama keluargaku dan keluarga paman. Rencananya, lepas shubuh kita akan berangkat melancong. Aku sudah berias secantik mungkin, tapi tetap saja adikku yang paling bandel, Fandi mengejek.
“Yu Lela paggun jubek.” (Mbak Lela tetap jelek)
“Iyeh, mun Yu jubek, Fandi sajen jubek.” (iya, kalau Yu jelek, Fandi tambah jelek)
Yu adalah panggilan untuk kakak perempuan bagi orang Madura dan Cak panggilan untuk kakak laki-laki. Sedangkan panggilan untuk adik laki-laki adalah Kacong dan Nik untuk adik perempuan.
“ciyuuuss?? Miepah?” sahut Fandi dengan centil.
“hahh?! Nak-kanak kinnik la ajer bahasa tak genna yeh…jhek biasa agih, Cong.” (hahh?! Anak kecil kok sudah belajar bahasa yang nggak beres ya…jangan dibiasakan, Cong.”
. Tiba-tiba datang Farhan, anak Man Sholeh yang berumur sekitar 5 tahun dengan kaki setengah agak pincang seperti menahan pipis. Mukanya terlihat kusut dan dahinya terlipat.
“Entarrah demmah, Cong?” (mau kemana, Cong?)
“Pundhi jedenge nggeh, Mbak?” (mana kamar mandinya ya, Mbak?)
 Untuk kali ini aku benar-benar tidak tahu, apa artinya bahasa jawa itu. Kayaknya sih itu bahasa jawa yang kromo inggil, seingatku pada pelajaran bahasa daerah waktu SD. Tapi satu kata yang aku tangkap, yaitu jeddeng sama dengan bahasaku yang artinya kamar mandi. Tanpa pikir panjang, ku arahkan jariku pada kamar mandi yang terletak di sudut rumah samping dapur itu. Farhan mengikuti arah tunjukku. Beragam corak bahasa di negeri ini, menambah sensasi untuk lebih mendalami dari satu bahasa ke bahasa lain.
 “Yu nikah de’remmah se, mun lah ajelen kattah a kemmiah ntar de’mah pole mun benni ke jeddeng.” (Yu ini gimana sih, kalau berjalan seperti mau pipis gitu mau kemana lagi kalau bukan ke kamar mandi)  kata Fandi dengan gayanya yang sok tahu, menyilangkan tangan di depan dadanya. Aku terkekeh melihat gayanya itu.
Mobil menderu memulai perjalanan yang mungkin sangat panjang, parkir dari satu tempat ke tempat lain. Pemandangan indah yang menarik mata, melewati sebuah area persawahan yang membentang luas dengan udara pagi yang sejuk. Suara burung-burung bernyanyi indah meramaikan bumi pertiwi.
Farhan jingrak-jingkrak dalam mobil melihat seekor burung perkutut bertengger pada orang-orangan sawah yang kemudian terbang karena orang-orangan tersebut bergoyang terterpa angin. Sawah terbentang luas menghijaukan bumi gersang ini. Setelah setengah jam perjalanan, sampailah aku pada pantai yang menjadi perbatasan antara Kabupaten Pamekasan dan Sumenep. Pohon cemara yang baris berjajar menambah kesejukan Pantai Talang Siring ini.
Aku berjalan-jalan di sepanjang pantai bersama Farhan dan Fandi layaknya emak yang menggandeng dua anaknya.
“Emak…emak…minta uang” rengek Fandi menggoda melihat mukaku yang kusut
“Emak derih hongkong, gik ngodeh Yu nah, Cong. Kedih la engak emak-emak.” (emak dari hongkong, Yu nya masih muda, Cong. Masak sudah kayak emak-emak sih)
Ku lihat paman dan bibi asyik menikmati keindahan pantai ini, sedangkan aku harus menjaga ekstra ketat pada dua anak kecil ini agar tidak terlalu jauh bermain ombak.
Setelah berbasah-basah ria menjaga mereka, perjalanan diteruskan ke Museum Kota Sumenep yang biasa dikenal dengan Museum Kraton. Satu jam kemudian, sampailah aku pada Museum yang mempunyai keunikan ini. Bagaimana tidak, Al-Qur’an dengan tinggi 4 meter dan lebar 3 meter dengan berat 500 kilogram terdapat di Museum ini. Konon, Al-Qur’an yang ditulis oleh Raja Sumenep, Sultan Abdur Rahman Pakuningrat hanya dalam waktu satu malam menggunakan tinta Kallam yaitu asap dari lampu tempel, sedangkan alat tulisnya menggunakan bulu ayam.
“Lela, ayo mudun. Ngopo ngelamun ndek kono?” (Lela, ayo turun. Ngapain ngelamun di situ?) kata Man sholeh membuyarkan lamunanku. Aku garuk-garuk kepala yang tidak terasa gatal sama sakali meski kata emak kutu yang bersemayam dalam rambutku terhitung banyak. Aku turun dan mulai memasuki museum ini. Terlihat rapi dengan barang-barang unik dan kuno. Satu jam berputar-putar di museum ini, akhirnya kami shalat dhuhur di sini dan mulai melanjutkan perjalanan.
Aku mengarahkan sopir ke sebuah pulau kecil. Paman dan bibi hanya menurut saja. setengah jam kemudian, sampailah kami di sebuah Pulau kecil yang terhitung sepi namun pemandangannya luar biasa menakjubkan. Air laut yang biru dihiasi ombak-ombak kecil menambah keindahan pulau kecil ini. Sewaktu SMA aku sering bermain-main kesini bersama sekelompokanku. Pantai ini sungguh indah dan pas untuk menghabiskan waktu rekreasi karena sejuk, rindang dan bersih karena memang belum terjamah oleh kebanyakan orang.
Objek wisata ini belum ter-ekspos meluas, hanya beberapa orang yang nampak menikmati keindahan alam ini. Menyayangkan sekali. Pantai seindah ini tak dikenal orang. Pulau Kangean yang masih dalam kabupaten Sumenep ini menyimpan banyak keindahan yang belum ter-ekspos media sekalipun. Di sekitarnya terdapat pulau-pulau kecil yang tak kalah menarik seperti Pulau Saular, Pulau Saredeng Kecil, Pulau Sitabbok, Pulau Sadular Besar dan Pulau Saseel.
Sang mega merah telah bersiap menjemput malam dan bergantilah hari menjadi petang. Karena terasa sangat lelah, kami sekeluarga tertidur pulas di mobil sampai rumah. Lagi-lagi hujan turun di malam hari. Kilat yang menyilaukan mata mengagetkanku disusul dengan petir yang menyambar pohon kelapa di tengah hamparan sawah. Membuat mataku terbelalak dan tak bisa terlelap kembali.
Emak dan  bapak tengah duduk di atas dipan sembari menyantap singkong goreng. Bibi mengeluarkan plastik putih yang berisi makanan yang telah dibeli waktu di Museum Keraton tadi siang. Kami berbincang-bincang dan bercerita tentang melancong dalam sehari ini.
“Nik, lagguk bedheh Kerapan Sapeh e Sampang.” (Nik, besok ada Kerapan Sapi di Sampang) Kata emak sambil makan kerupuk dengan petis
“Enggiy, mak? Man Sholeh nyengo’ah napah bunten?” (iya, Mak? Man Sholeh mau lihat apa tidak?)
“iyo, ayo kesuk ndelok, Nduk” (iya, ayo besok lihat, Nduk)
Keesokan harinya, kami mulai bersiap-siap menuju Kota Sampang tepatnya Lapangan untuk Kerapan Sapi yang berada pada Kabupaten Sampang. Tujuan pertama pada hari kedua.
Terdengar orang-orang yang bersahut-sahutan mendukung kerapannya masing-masing. Di sekeliling lapangan telah dipadati para penonton kerapan sapi. Di sepanjang jalan terlihat kedai-kedai dan pedagang kaki lima yang tak letih menjajakan pada siapa saja yang lewat di sampingnya, rujak manis, rujak cingur, es dan snack-snack. Seorang bapak dengan kumis tebal terlihat sibuk mempromosikan clurit yang dijualnya. Sebuah benda yang dikenal sebagai senjata andalan orang Madura.
Kultur budaya yang masih kental melengkapi keindahan pulau garam ini, segarnya udara dan beningnya air terjun Toroan jatuh bebas ke laut lepas mencuci pikiran yang penat. Air terjun itu jatuh dan terus jatuh tanpa henti menyisakan lumut-lumut hijau pada batu raksasa di sekitarnya. Mungkin jika tidak hati-hati, orang akan terpeleset karenanya.
“Lela, sek ono piro wisata ndek Sampang iki?”(Lela, masih ada berapa wisata di Sampang ini?) tanya bibi kepadaku. Aku sibuk menyisir rambutku yang basah terkena air terjun tadi.
“Masih banyak, Bi. Kalau dijelajahi satu persatu, bisa keok lho, Bi.” jawabku sambil terkekeh menggunakan bahasa Indonesia dengan logat kemadura-maduraan. Membayangkan menjelajahi seluruh objek wisata Sampang, pulang-pulang aku harus pijat kayaknya. Paman dan bibi menyambut jawabanku dengan tertawa.
“Ono opo ae seng dorong?” (ada apa saja yang belum dikunjungi?) tanya paman penasaran.
“Gua Macan Sampang, Gua Lebar Sampang, Sumur Daksan Sampang. Apa lagi ya? Lupa deh, Man. Hehehe” jawabku dengan muka konyol.
Perjalanan pulang yang tak jauh beda dengan kemarin, tulang serasa retak dan pisah dengan persendiannya. Di pikiranku hanya terbayang nikmatnya tidur pada kasur dan bantal sambil memeluk jam weker hello kitty pemberian emak. Aku kira sudah usai melancongku kali ini, ternyata mobil paman merapat pada wisata Api Tak Kunjung Padam yang berada di Kabupatenku, Pamekasan tepatnya di desa Tokol Kecamatan Tlanakan.
Mataku perlahan membuka sedikit, kantuk yang telah menggelantung di pelupuk mata tak dapat aku enyahkan. Ku lihat dengan mata sipit nyala api itu dari balik bingkai kaca mobil paman. Selanjutnya aku terlelap terbang bersama mimpi-mimpi yang bercampur-baur.
“Farhan..!” teriakan bibi mengagetkanku hingga aku kejedot sisi mobil. Aku langsung turun karena penasaran ingin melihat apa yang sedang terjadi. Aku perhatikan bibi dengan tangkasnya menggendong Farhan yang terlihat shock dengan apa yang telah dilakukannya. Ternyata Farhan membuat lubang di sekitaran api itu dan lubang tersebut menyemburkan api seperti lubang-lubang lainnya.
Cukup menarik perhatian, aku dan paman mencoba membuat lubang di samping lubang api lainnya. Namun tak ada reaksi munculnya api baru dalam lubang yang kami buat. Tiba-tiba muncul wanita tua yang dikenal sebagai penjaga wisata Api Tak Kunjung Padam ini dan berkata,
“Percuma agebei lobeng makeh benyak mun e sengaja” (percuma membuat lubang kalau disengaja). Kamipun pulang dengan misteri keindahan di hati masing-masing.
...
Harga mati, tak bisa ditawar. Aku tidur dalam seharian ini, ketukan pintu emak nyaris tak terdengar. Kulirik jam yang menempel di dinding kamar. Jam 14.10 WIB, aku loncat dari kasur dan segera mengambil wudhu untuk shalat dhuhur. Membuka pintu dengan cepat dan segera menyela omongan emak. “Lela bejengeh kadek, Mak.” (Lela shalat dulu, Mak)
Usai shalat aku menghampiri emak yang sedang berbincang-bincang dengan keluarga paman. Aku masih memakai mukena yang menempel di badan, biar sekalian shalat ashar nanti pikirku. Aneh, keluarga paman nampak bertambah satu. Ada Najih, putra sulung paman yang sedang kuliah di Jakarta. “lho…menyusul ya, Najih? Sayang, udah setengah melancong ni.” sapaku pada Najih yang kulihat sedang melihat ke arahku.
            “Iya nih, menyusul demi kerinduan pada pulau garam. Gimana usaha garamnya?”
            “Sering lupa kalau ada hujan, hahaha” seisi rumah tertawa terbahak-bahak.
...
“Hey Oreng medureh. Mayuh maen-maen ke Suramadu…” (Hey Orang madura, ayo main-main ke Suramadu) Ajak Najih dengan menirukan bahasa maduraku.
Nadanya terdengar aneh sehingga membuatku tertawa karena dia memang tak pernah berbicara dengan bahasa Madura. “Mayuh bos…”jawabku tergelak
Kamipun berangkat menyusuri desa-desa untuk sekedar bermain-main di Suramadu, Jembatan indah yang menghubungkan Surabaya dan Madura. Jembatan yang tergolong berusia muda karena selesai dan diresmikan pada tahun 2010.
Kami mulai memasuki jembatan ini setelah membayar karcis masuk Tol Suramadu yang hanya 3.000 rupiah untuk sepeda motor dan 30.000 untuk mobil, sesaat kemudian sepeda melesat di atas jembatan yang berangin cukup kencang itu.
            “Najih, percepat lajunya kalau nggak mau terbawa angin.”
            “Iya, Lela. Wah..seru sekali di Suramadu ini. Ambil foto yuk…”
            “Yeee…biar digiring sama Satpol PP ya…hahahaa.”
Setelah putar balik, kami mampir ke stand-stand yang berjejer di pinggiran jalan. Banyak souvenir yang ditawarkan di sana, mulai dari gantungan kunci, baju bertuliskan Suramadu, dan makanan-makanan khas Madura.
            Hari terakhir keluarga Man Sholeh di rumahku, mereka mengajakku untuk wisata religi. Inilah wisata yang aku suka, mengunjungi makam para Kyai dan membaca Al-Qur’an di sana. Bukan niat menyembah tapi hanya mengharap barokah dari Kyai tersebut. Selain Pulau Garam dan Tapal Kuda, Madura juga dikenal sebagai Daerah Santri karena banyaknya Pondok Pesantren dan Kyai-Kyai besar yang tumbuh di Pulau ini.
“Orang Madura itu memiliki sebutan khusus untuk para tokoh agama yaitu Bujuk. Istilah Bujuk biasanya dikaitkan dengan nama tempat kyai itu berasal, kadang juga diambil dari kebiasaan Kyai saat hidup. Seperti Bujuk Sangka yang berasal dari lokasi makamnya yang berada di Desa Banyu Sangka, Kecamatan Tanjung Bumi- Bangkalan. Sementara nama asli dari Kyai tersebut adalah Sayyid Husein.” Ceritaku panjang lebar pada Najih
“Bujuk itu kan yang di sudut ruangan itu ya…?”
“Yeee..itu sih namanya pojok, Jih..hahaha”
Setelah menempuh perjalanan selama satu jam, sampailah kami pada Makam Syaikhona Cholil yang berada di Kabupaten Bangkalan. Seorang kyai yang dikenal dengan karomahnya, juga ilmu laddunni (ilmu tanpa belajar) yang merupakan ma’unah dari Allah. Makam beliau telah disesaki oleh para peziarah dari berbagai macam daerah. Akhirnya kamipun mengambil posisi di pojok makan dan mengaji bersama.
Usai ziarah, keluarga pamanpun pulang meskipun hujan turun dengan derasnya. Suara petir dan cahaya kilat bersahut-sahutan. Aku pandangi mobil Man Sholeh yang semakin menjauh dan kemudian menghilang tertelan bangunan-bangunan yang ada di sepanjang jalan. Aku kembali teringat pada sesuatu, Tang bujeh…!!! (garamku…!)